Pamekasan (PWINews) - Tari kolosal pecut, memeriahkan festival Karapan Sapi memperebutkan Piala Bergilir Presiden RI 2016 di lapangan Stadion Soenarto Hadiwdjojo, Pamekasan, Minggu (30/10/2016).
Sebanyak 60 orang penari putra dan putri dari berbagai sekolah di Kabupaten Pamekasan, turut ambil bagian dalam tari kolosal, mengawali festival Karapan Sapi 2016 kali ini.
Layaknya laskar pejuang, yang sedang mempersiapkan pasukan untuk sebuah peperangan, para siswa dengan pakaian khas Madura, yakni dengan menggunakan baju "sekot pesak" dan kebaya dengan "samper nyecceng" ini menyerbu tengah lapangan dengan membawa pecut.
Decak kagum penonton yang memadati lapangan stadion tak terhindari, riuh dan gemuruh tepuk tangan menggema, begitu ratusan penari ini mulai mementaskan aksinya.
"Luar biasa dan terima kasih kepada Bupati Pamekasan yang telah berkenan memeriahkan festival karapan sapi saat ini, dengan mendukung kami melalui tari pecut massal seperti ini," kata Kepala Bakorwil IV Pamekasan Azhar. [Baca Juga: Karapan Sapi Piala Presiden Hari Ini Digelar]
Tari pecut sebenarnya merupakan sebuah tarian yang dilakukan secara massal oleh remaja putra dan putri dengan gerakan-gerakan yang syarat dengan makna penghormatan terhadap tamu, masyarakat yang agamis, dan pencerminan manusia sebagai makhluk sosial.
Tari pecut ini menggambarkan proses perjalanan hidup manusia yang didalamnya akan mendapatkan pengalaman hidup, sebagai penentu perilaku selanjutnya didalam menjalani kehidupan dimana pesan-pesan yang yang terdapat pada tari pecut mengacu pada tingkah laku manusia itu sendiri terhadap sesama, alam semesta dan terhadap sang Pencipta yang menyimbolkan karakter masyarakat Madura yang berjiwa sosial tinggi terhadap sesama dan masyarakat yang agamis dalam segala segi kehidupannya.
Tari ini merupakan sebuah bentuk tari yang merupakan satu kesatuan gerak, dimana keberadaan gerak tersebut saling terkait erat antara gerak yang satu mendukung gerak yang lainnya. Keseluruhan gerak tersebut melahirkan keutuhan makna dari pertunjukan tari pecut.
Gerak yang dilakukan sangat sederhana, hal ini merupakan salah satu ciri pertunjukan jenis tari rakyat yakni gerak tari yang sederhana, sebagian besar merupakan pengulangan gerak, tidak terlalu mementingkan keindahan dan yang diperlukan hanya tercapainya kehendak serta tujuan yang dimaksud. [Baca Juga: Tembang Walang Kekek Sambut Undangan Semalam di Madura]
Tari pecut sebagai hasil kreasi seni budaya masyarakat Madura tidak lepas keberadaannya dengan tradisi karapan Sapi yang melatarbelakangi lahirnya tari pecut.
Di dalam tari pecut terdapat beberapa bentuk simbol berupa gerakan yang mempunyai arti yaitu:
1.Gerak Tabur Bunga mempunyai makna menyambut tamu istimewa, dan gerakan saat doa mempunyai makna bahwa setiap sesuatu harus di awali degan doa kepada Tuhan sebagai cerminan masyarakat yang agamis. Sedangkan pada tongghul pecut maknanya orang Madura yang teguh pendirian.
2.Gerak Onclang mempunyai makna setiap manusia yang saling membutuhkan, tolong menolong dan menghargai sesama sebagai ciri makhluk sosial.
3.Gerak Tabangan mempunyai makna menggambarkan kesiapan manusia dalam menghadapi tantangan hidup.
4.Gerak Mokol Sape mempunyai makna keharmonisan atau keselarasan dalam kehidupan dengan menjaga hubungan baik antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
5.Gerak Kemenangan bermakna sebagai rasa ungkapan kebahagiaan dan rasa syukur kepada Tuhan.
Gaya Busana dan Tata Rias pada tari pecut ini menentukan karakter dan ciri khas setiap tarian yang ditampilkan. Demikian juga dengan iringan musik, yakni musik saronen khas Madura. Tapi pada festival karapan sapi di lapangan Stadion Soenarto Hadiwdjojo Pamekasan 30 Oktober 2016 itu, menggunakan musik tradisional daul atau musik dug-dug.
Dalam pertunjukan tari pecut ini penari putra tidak dimake up sedangkan penari putri menggunakan tata rias. (PWI-01)